Untukmu yang Sedang Merasa Gagal
Memang susah jika standar bahagia kita adalah standar bahagia orang lain, ya
Bisa saja, menurut kita, tidur dengan tenang tanpa gangguan sudah menjadi bagian bahagia kita setahun itu, bisa makan es krim setelah hari yang panjang juga merupakan hari bahagia, atau dapat giveaway, juga udah bahagia.
Memang repot jika kita mensejajarkan bahagia versi kita dengan bahagia versi orangtua, misalnya, memenuhi permintaan demi permintaan yang dahulu mereka inginkan namun tidak kesampaian, mensejajarkan bahagia dengan teman kita,
Lalu, jika minta nasihat, seringkali malah balik curhat, rasanya sudah gagal malah disalahkan, “Aku malahan, aku juga kan pernah…..”
Seringkali yang kita butuhkan saat gagal adalah orang-orang yang mendukung kita, “Gapapa kok, keputusan kamu itu untuk pembelajaran aja,”
Dan nanti setelah mereda, nasihat-nasihat lain yang diberikan akan mudah sekali dicerna.
Hidup itu kan memang penuh dengan pilihan, kita tidak bisa memprediksi apakah keputusan kita benar atau salah besar, tidak bisa menebak apakah keputusan kita bikin kita bahagia atau sengsara, semua sudah ada kadarnya kok,
Jadi sebaiknya, ketika kamu merasa gagal, lampiaskan saja dengan dirimu sendiri dan Tuhanmu, jangan dulu bawa orang lain untuk mendengar keluh kesah bahkan cari solusi, karena tidak semua orang mengerti posisi kita, tidak semua orang paham apa saja usaha kita, dan tidak semua orang mengerti niat baik kita, kamu sudah berusaha, kamu butuh waktu dengan dirimu sendiri, itu dulu.
Kita hanya seonggok manusia dengan perasaan yang sama-sama harus menjaga, jangan dulu membuka luka kepada dunia luar sana, biarkan ia mengering dengan caramu sendiri, lalu setelah reda, kita diskusikan bersama, ya?
SNA