Untukmu yang Merasa Paling Menderita
Sepertinya setiap manusia merasa dirinya paling menderita ketika bersedih,
seperti ketika sesuatu kesialan menimpanya, rasa takut yang terus menghantui, rasa sesal yang terus menggelayut, seperti ada rasa khawatir yang mengikuti
Lalu merasa paling menderita seakan dunia tak adil, pada akhirnya hanya kalimat, “Aku lebih baik mati saja.” selalu terlontar dari mulut lemah kita.
Namun kematian adalah gerbang awal dari masalah-masalah yang jauh lebih besar akan terjadi, semuanya tak dapat diprediksi, tak ada plan A ataupun plan B seperti rencana-rencana kita yang gagal di dunia.
Untukmu yang merasa paling menderita, ingat lagi perjuangan Hamzah bin Abdul Muthalib yang ditombak Wahsyi pada peristiwa Uhud, lalu tubuhnya dihancurkan oleh Hindun
Untukmu yang merasa paling menderita akan sakitnya hati dan perihnya dendam, ingat kembali saat Rasulullah mengetahui Wahsyi ingin masuk Islam, mencoba menerima dan sabar namun bagaimana mengatasi rasa perih atas kematian pamannya oleh Wahsyi?
Untukmu yang merasa paling menderita, ingatlah kembali keluarga Yasir yang disiksa oleh kafir Quraisy di tengah teriknya matahari, Amar harus melihat Ayahnya, Yasir, disiksa hingga mati, lalu melihat Ibunya ditombak hingga tewas
Untukmu yang merasa paling menderita, ingatlah seorang tukang sol sepatu yang berkeliling sepanjang terik matahari tanpa ada orang yang membutuhkannya, karena kebanyakan orang-orang akan membeli sepatu baru daripada memperbaiki solnya
Untukmu yang paling menderita, ingat kembali kisah Rasul yang dilempari kotoran saat hendak ke masjid
Untukmu yang merasa paling menderita, ingatlah orang-orang di Palestina yang didekam di penjara puluhan tahun, tidak ada matahari, harapan, dan cita-cita
Untukmu yang merasa paling menderita, ingat kembali perjuanganmu selama ini, bukankah kau hebat?
Bandung, 12 Maret 2022