TERTUNDA
Di usia berapa kalian menyadari bahwa dunia ini benar-benar berisi hal-hal yang sepele?
Hanya sabarnya saja yang terasa besar.
Sewaktu kuliah, saya selalu lewat coffe shop yang waktu itu cukup viral dan fancy, mungkin orang Bandung kenal dengan tempat ngopi bernama ‘ngopdul’ alias ngopi dulu. Tempatnya sih nggak seperti coffe shop sekarang yang estetik dan instagrammable, lebih ke ala ala bangunan jadul dengan pohon-pohon rindang di halamannya. Tapi karena saya tahu harganya nggak ramah kantong mahasiswa, saya cuman bermimpi aja pengen berkunjung dan beli minuman di sana.
Hingga akhirnya setelah saya bekerja, tepatnya siang ini, saya bisa pergi ke ngopdul dan duduk berlama lama di sana. Membayangkan betapa ingin sekali saya dulu masuk tempat ini, minum kopi atau es coklat yang saya idamkan saat itu. Masuk tanpa khawatir apakah mahal atau tidak.
Pada akhirnya, kalau kita selalu berjalan menuju Sang pusat pengendali semesta, semesta akan berputar di sekitar kita, hanya menunggu waktu sampai akhirnya ia berpihak pada kita, menyampaikan kita pada harapan-harapan yang sepele sampai harapan yang sangat mustahil bagi kita sekalipun.
Sebenarnya, dunia ini cuman sepele, ingin begini, ingin begitu, tinggal menunggu saja dengan sabar. Nanti akan tiba waktunya. Juga, nothing to loose, kalau tidak terjadi di dunia, kelak di akhirat akan dikabulkan dengan bentuk yang jauh lebih baik.
Seperti halnya impian saya yang ingin sekali pergi ke ngopdul, kelak impian impian lain akan menghampiri kita, karena sebenarnya mereka hanya sedang antri untuk menghampiri, walaupun mungkin nantinya bisa datang dalam bentuk yang berbeda.
Tenang saja, toh akhirnya kita bisa menerima takdir-takdir baik itu walaupun awalnya kecewa karena ekspektasi kita yang tidak sesuai.
Sampai saat ini, akhirnya saya bisa tetap baik-baik saja dengan luka-luka bekas ekspektasi sendiri.
