Sepucuk Surat Untuk Menurseto

Puisi Aan Mansyur

Sarah N Aini
2 min readOct 30, 2020

Perihal Tokoh Utama Komik

Ia berdiri. Luhur dan hening. Rapuh dalam ikatan yang
rawan putus. Diselubungi jaring laba-laba dan kebisingan
dari kepalanya. Matanya terpejam bagi puing-puing, juga
bencana yang masih rencana.

Sepasang tangannya terentang. Lapang bagi penerimaan.
Seperti sayuran terpotong-potong. Mencintai pisau dan api
dapur. Kepalanya menampung penyakit. Sebagian berperang
melawan seluruhnya.

Bibirnya dijahit. Perutnya penuh kebakaran dan kelaparan.
Kemauannya lunak bagi kebingungan dan keras kepala.
Tubuhnya dicabik-cabik waktu. Berisi sesuatu yang
mengizinkan tubuh lain tumbuh ditubuhnya. Paru-parunya
sering kering. Hatinya kuning. Jantungnya memompa
kehidupan yang ragu-ragu.

Bahunya lebih kuat dari batu gunung. Pembuluh darah
menuangkan udara ke dalam suaranya. Menghamburkan
kekuatan untuk setiap ons takdirnya. Ia hidup. Dihiasi
pakaian berbagai warna. Ia bicara menggunakan bahasa roh.
Tidak masuk akal, namun penuh tetapi. Ia kadang meratapi
bebannya. Ia menggantungkan diri di kontrak besar yang
tidak pernah ditandatangani.

Hatinya selalu berduka dengan harapan suatu hari ia utuh
kembali. Awan akan hilang. Api yang membakarnya dari
dalam akan dingin. Lengannya terpasang lagi — dan tumbuh
jadi kebun baru. Kepalanya menjadi seluruh. Hatinya merah.

Ia cantik. Pemurah dan tidak pemarah. Tak tertandingi
senyumnya. Ia akan menggodamu dengan cerita yang tidak
ada ujungnya. Dongeng dan musik ajaib. Ia waktu. ia seorang
ibu. Ia mengandung dewa-dewa. Ia rahim ribuan
penyembahan dan tarian.
Namanya sama dengan nama negaramu. Sepasang lengannya
terentang. Mencintai pisau dan api dapur.

2013

Dari puisikompas.wordpress.com/tag/m-aan-mansyur/

Selama ini, saya belum menemukan lagi sosok seorang sahabat yang bahunya sekuat Menur, jumlah adik kita sama, dan kita sama-sama ada di posisi anak pertama yang harus memberikan teladan baik pada adik-adik yang harus menyiapkan bahu sekuat karang untuk menampung ombak yang sedang diderita mereka, juga menyiapkan senyuman paling nyaman untuk mereka, tetapi saya baru menemukan sosok wanita yang bahkan belum saatnya menjadi keluh kesah seorang anak di pangkuannya, namun sudah sangat kuat menjadi topangan bagi adik-adiknya.

Suatu hari seseorang pernah berkata, “Tidak semua orang akan tinggal bersama kita, sebagian pergi, sebagian ada yang menetap, lalu sebagian yang pergi itu tidak semata-mata tanpa memberikan apapun pada kita, namun ia memberikan pelajaran, lalu kemudian itulah alasan ia dihadirkan kepada kita.”

Terimakasih, Menur, nggak tau sekuat apa bahumu itu dibuat, hatimu itu diciptakan, dan air matamu itu dibendung, demi liat adik-adikmu tetap tersenyum dan bangga punya Mbak yang hebat seperti kamu,

ngurus kucing segini banyak juga jago, nggak paham lagi!

SNA, Hari ulang tahunmu, 2020

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

No responses yet