Untukmu yang Sedang Jenuh Bekerja

Sarah N Aini
2 min readJan 17, 2020

--

Semenjak lulus kuliah, saya merasakan perubahan hidup yang sangat drastis. Pencapaian saya beragam, bukan lagi di bidang akademik, tapi sudah memasuki berbagai hal. Dan hal itu membuat saya jenuh bekerja. Bekerja sebagai guru ternyata lama-lama membuat saya jenuh. Saya harus berurusan dengan rekan kerja, atasan, orangtua murid, hingga siswa yang terkadang dituntut untuk berperforma lebih. Saya jenuh dengan kegiatan yang sama setiap minggunya, menunggu akhir pekan tiba di setiap senin, mengerjakan tugas dari atasan yang beragam, teman yang berbeda sudut pandang, murid yang membutuhkan banyak perhatian, hingga beberapa permintaan orangtua murid. Saya berpikir apakah sebaiknya saya mencari pekerjaan di bidang lain dan hidup dengan pola yang baru?

Tapi ternyata semua pekerjaan sama saja, tidak ada pekerjaan yang tidak beresiko. Semua teman-teman saya yang bekerja memiliki pola yang sama, menunggu akhir pekan di hari senin, bekerja atas permintaan yang beragam, bahkan berujung disalahkan di depan semua orang.

Lalu apa kabar teman saya, seorang guru di sekolah yang juga tutor les privat yang jadwalnya dibatalkan padahal dia sudah sampai di rumah siswa, sudah setengah jalan mau liburan malah ditelepon karena ada siswa yang ingin les, “Kak, sore ini les ya, aku ada ujian besok.”

“Aku cuma kayak pembantu tau gak, kadang udah bela-belain dateng, siswanya lagi nonton basket. Dia lupa katanya hari ini ada les, padahal udah janjian dari pagi.” Keluh dia di suatu sore.

Apa kabar juga tukang Cuanki yang harus manggul kompor sama panci berisi kuah bermil-mil jauhnya?

Apa kabar tukang sol sepatu yang zaman sekarang orang kalau sepatunya rusak lebih milih beli daripada dibetulin?

Apa kabar tukang mainan anak-anak keliling, yang zaman sekarang anak-anak lebih milih main gawai?

Apa kabar tukang Cilok, Batagor, Cakue, Cireng, sampai tukang Cendol, yang bawa dagangan keliling kota sepanjang hari bahkan sampai hujan-hujanan?

Apa kabar orangtua kita, yang tiap hari bekerja lalu dengar tuntutan banyak sekali dari anak-anaknya?

Saya mungkin bisa saja merasa jenuh, merasa lelah, tapi bukankah semua itu yang saya pilih?

Saya ingat pernah nulis “Mencapai Cita-cita Tidak Membuat Kita Bahagia” karena ketika kita mencapai cita-cita, beban kita bertambah, tanggung jawab kita bertambah, konsekuensi tiba-tiba muncul, dan masalah semakin meningkat, karena level kita sudah naik : kita sudah mencapai capaian kita.

Salah siapa dulu saya bercita-cita jadi guru? maka inilah semua hal yang harus saya hadapi. Saya lupa kalau semua yang kita capai, ada konsekuensinya.

Iya, saya lupa juga kalau mungkin kelak suatu hari kita akan bersedih atas apa yang dulu kita inginkan sekali, atau justru bahagia atas apa yang dulu tidak kita dapatkan.

Kita, atau saya, mungkin hanya kurang bersyukur.

30 Hari Bercerita

Bandung, 2020

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

Responses (1)