Sajak Orang Gila
Sapardi Djoko Damono
Aku bukan orang gila, saudara
tapi anak-anak kecil mengejek
orang-orang tertawa
ketika kukatakan kepada mereka : aku temanmu
beberapa anak berlari ketakutan
yanglain tiba melempari batu
aku menangis di bawah trembesi
di atas dahan kudengar seekor burung bernyanyi
anak-anak berkata : lucu benar orang gila itu
sehari muput menangis tersedu-sedu
orang-orang yang lewat di jalan
berkata pelan: orang itu sudah jadi gila
sebab itu terlalu berat menafsir makna dunia
sekarang kususuri saja sepanjang jalan raya
sambil bernyanyi: aku bukan orang gila
lewat pintu serta lewat jendela
nampak orang-orang menggelengkan kepala mereka:
kasihan orang yang dulu terlampau sabar itu
roda berputar, dan ia jadi begitu
kupukul tong sampah dan tiang listrik
kunyanyikan lagu-lagu tentang lapar yang menarik
kalau hari ini aku tak makan lagi
jadi genap sudah berpuasa dalam tiga hari
tapi pasar sudah sepi, sayang sekali
tak ada lagi memberikan nasi
ke mana aku mesti pergi, ke mana lagi
orang gila itu sudah lama gila, kata mereka
tapi hari ini begitu pucat nampaknya
apa kiranya yang telah terjadi padanya
akan kukatakan pada mereka: aku tidak gila!
aku orang lapar, saudara!
kudengar berkata seorang ibu:
jangan kalian ganggu orang gila itu, anakku
nanti kalian semua diburu
orang kota semua telah mengada-ada, aduhai
menuduhku seorang yang sudah gila
aku toh cuma menangis tanpa alasan
tertawa-tawa sepanjang jalan
dan lewat jendela, tergeleng kepala mereka:
kurus benar sejak ia jadi gila
Dari buku H.B.Jassin, Prosa dan Puisi Angkatan 66.
Sebelas hari lalu, saat menemukan buku ini, saya tiba-tiba saja membuka langsung puisinya Eyang Sapardi ini, saya mulai menuliskannya satu paragraf, namun terhenti karena beberapa kesibukan. Tulisan ini belum rampung ditulis, namun sejarah kehidupan beliau, sudah selesai tertulis di dunia ini.
Selamat tinggal, Eyang! karyamu abadi.
Bandung, Juli 2020