Review Film 2024:
The Wild Robot
Saya tidak mengira film ini begitu banyak direview oleh para pecinta film. Karena awalnya saya tidak menyadari kehadiran film ini soalnya saya penasaran dengan film Sang Pengadil. Film tema hukum yang menurut saya baru di Indonesia, tapi tak sampai seminggu ternyata filmnya turun layar karena sang produser terjerat kasus. Terpilihlah film The Wild Robot ini menjadi film pengganti yang saya tonton.
Kalau menurut saya, film The Wild Robot ini mirip dengan Doraemon Petualangan. Hanya saja, Doraemon lebih utopis dan fantasi ketimbang The Wild Robot yang menurut saya lebih realistis. Walaupun sama-sama fiksi dan ada unsur fabel, cerita ini lebih nyata dengan ide cerita yang disajikan oleh penulis.
Dalam Doraemon petualangan, Giant dan Suneo yang selalu jahat pada Nobita akan menjadi baik dan bersahabat, apalagi ketika terjadi moment Doraemon rusak atau terluka, Nobita akan selalu menjadi one man show yang sebelumnya didorong oleh Giant, Suneo, dan Shizuka untuk memimpin.
Sama halnya dengan film The Wild Robot, tokoh-tokoh yang awalnya jahil dan antagonis, akan berubah menjadi baik dan mendukung tokoh utama dalam menyelesaikan konflik. Juga dengan Nobita yang menjadi pahlawan ketika Doraemon rusak, tokoh utama dalam film ini juga memiliki peran yang sama ketika si robot sedang tidak berperan.
Hal yang berbeda dan membuat film ini unik adalah penjelasan sebab akibat kejadian yang dijelaskan secara realistis. Tidak ujug-ujug ada robot atau makhluk asing dari planet lain yang masuk ke kamar Nobita, sebab kehadiran robot di hutan belantara ini dijelaskan dengan baik, jatuh dari kapal pengangkut karena serangan angin topan.
Lalu perkembangan karakter tokoh robot yang dijelaskan dengan baik pula secara bertahap membuat kita seakan hidup bersama dengan Roz, si robot pembantu manusia yang tersisa dari 5 robot lainnya yang rusak dan tak berfungsi.
Roz yang digambarkan memiliki karakter dingin dan melakukan sesuai program, dikembangkan secara bertahap pada setiap babak hingga kita merasakan perubahan karakter Roz karena alasan yang jelas. Roz pada awal cerita tidak sama dengan Roz di pertengahan hingga akhir cerita yang telah memiliki perasaan seperti manusia.
Sedikit spoiler, Roz ini adalah robot pembantu manusia yang diciptakan sebuah perusahaan untuk hadir dalam sebuah rumah tangga. Kehadiran 1 buah robot tipe Roz ini, dapat membantu 5 manusia. Sistem yang ditanamkan pada Roz adalah bahwa Roz akan menyelesaikan perintah tuannya. Siapapun yang memerintahnya.
Dalam pencarian tuannya di hutan belantara — yang mana isinya hanyalah hewan — Roz menemukan sebuah telur angsa yang secara tak sengaja ia hancurkan induknya karena terjatuh dari ketinggian akibat kejaran beruang. Akhirnya, seekor induk tikus memerintahkan Roz untuk menjadi ibu dari telur angsa yang sudah menetas menjadi seekor anak angsa jantan. Kemudian, anak angsa ini diberi nama Brightbill.
Ide yang cukup unik ini membuat nuansa humor semakin terasa, sehingga pantas saja film ini begitu direkomendasikan para vlogger parenting di luar sana. Karena selain hiburan berupa animasi dengan tema fabel dan teknologi, film ini juga sangat kental dengan konten parenting dan bersatu dalam keberagaman. Interaksi antar binatang yang heartwarming, visual latar tempat yang memukau, musik pengiring yang keren dan bikin merinding, hingga pesan yang tersirat mudah sekali ditangkap oleh anak-anak usia pertengahan SD ke atas. Karena meski pesannya tersirat, adegan dijelaskan dengan detail dan sebab akibat yang jelas sehingga pesan tidak ambigu sampai pada penonton. Saya yakin ketika anak-anak ditanya apa pesan dalam film, mereka akan mudah menyebutkannya.
Terakhir, yang saya sukai dari film ini adalah semua tokoh yang terlibat dalam film benar-benar terpakai dengan baik. Adegan Berang-berang yang menggigiti pohon, Beruang yang buas, hingga kumpulan Angsa yang sombong pun akan dijadikan jawaban dari konflik-konflik yang terjadi. Tidak hanya sebagai pelengkap latar tempat, namun tokoh-tokoh tersebut memiliki perannya sendiri dengan porsi yang pas dan moment yang tepat.
Membandingkan lagi dengan Doraemon Petualangan, dalam petualangan Nobita dan kawan-kawan dalam memecahkan sebuah masalah di planet lain selalu ada tetua yang paling paham permasalahan dalam konflik. Sekaligus tetua ini nantinya dapat menunjukkan dimana dan apa solusi yang harus dicapai. Hingga di akhir film, sang tetua ini berdiri paling depan di barisan warganya dengan senyuman terimakasih pada Nobita dan kawan-kawan yang akan pulang. Namun berbeda dengan film The Wild Robot, tetua yang digambarkan seekor angsa tua dan memimpin kawanannya migrasi, diberikan jatah peran yang menurut saya pas dan realistis dalam memecahkan konflik. Tidak hanya tersenyum dan berterimakasih pada Roz, justru sang tetua melakukan hal terbaik yang memang seharusnya ia kerjakan.
Tentu saja film ini saya rekomendasikan pada kalian yang bosan dengan film animasi disney yang itu-itu saja. Atau jika kamu seorang guru, saya sarankan untuk mengajak murid-murid kalian nonton film ini.
SNA, Bandung, 2 November 2024