Ransel Ganja

Sarah N Aini
3 min readJun 25, 2019

--

Sebaik-baiknya orang menganggap saya orang yang baik, kenyataannya saya nggak sebaik Cinderella yang rela berbagi makanan dengan tikus-tikus di rumahnya.

Kalau ada tikus merusak sesuatu atau bahkan berhasil memakan sesuatu, atau bahkan berani muncul di hadapan saya, itu musuh kita! Setidaknya itu ucapan ibu saya yang diturunkan kepada kami anak-anaknya.

Saya memang bukan orang sebaik itu, yakinilah. Karena pada faktanya, saya pernah bawa ransel ganja ke sekolah waktu duduk di kelas 1 SMP.

Kejadiannya kakak sepupu saya yang lagi main ke rumah ngajak saya beli ransel baru. Karena ransel saya yang dulu sudah harus diganti, maka dengan kebaikan hati kakak sepupu, saya mau diantar dan dibeliin.

Saya sih perasaannya biasa aja, diajak ke sebuah toko dengan macam-macam tas malah bikin saya capek dan bingung. Saya harus memilih satu di antara puluhan bahkan ratusan tas-tas itu.

“Yang ini?”

“Mmmmh..”

“Atau yang ini aja nih! ya? lucu ini!” Saya nggak ngerti kalau perempuan bilang lucu ketika mereka lihat barang itu gimana maksudnya, lucu itu apakah sama dengan keren? entahlah

“Ataaaau..” Kakak sepupu saya muter-muter toko sambil mendongak ke atas. “Aaah, yang ini aja ya?”

“Mmmmh..”

Ekspresi saya kalau kata Bang Pandji di Standupnya tuh kayak ekspresi Deddy Corbuzier nyium bau kentut.

Saya makinlah bingung. Sampai kakak saya menunjuk sebuah tas dengan motif daun berwarna hijau dan latar hitam. “Yang ini aja, mau?”

“Yaudah deh, boleh!” Ekspresi saya berubah dari yang awalnya kayak Deddy Corbuzier nyium bau kentut ke ekpresi menyadari kalau ternyata yang kentut adalah saya sendiri.

Kami akhirnya membawa pulang tas baru untuk besok saya pakai ke sekolah.

Begitu melihat saya masuk pintu kelas, tiba-tiba semua teman saya teriak, “Waaaaah si Sarah bawa ganjaaaa!”

Saya yang merasa ini kenapa tiba-tiba datang tuduhan, langsung merubah ekspresi saya kayak Deddy Corbuzier nyium bau kentut tadi, “Apaaa ih?”

“Saar, aku nggak nyangka kamu pake kerudung tapi ngefans sama ganja!”

“Saaar, kamu ngeri banget ya. Parah! sesuka itu sama Ganja? ckckck”

Akhirnya saya duduk di kursi saya, dan bertanya pada teman sebangku, “Kenapa sih?”

“Lah, kamu pake tas motif ganja gitu! hahahhaa ngapaiiin?”

Seketika saya kayak ditimpa palu Thor, “Emang ini gambar ganja? bukannya daun biasa? Ini kan daun singkong, tau!”

“Ganjaaaaa, ai maneeeh!” Saya tersudutkan,

“Bukaaan ih, ini daun Sampeee tauu!” (Sampeu = singkong)

“Ganjaaaa ih maneh mah teu gaul!”

Saya nggak ngerti kenapa mereka bisa tau bentuk ganja kayak gimana, padahal kan, pelajaran kimia bab Zat Adiktif dan Psikotropika baru dikasih semester depan.

Saya hanya menyesali kenapa kakak sepupu saya milih motif aneh begini, daunnya berjari lima dengan latar hitam, karena zaman saya SMP, anak sekolah pakai kerudung masih kehitung jari, dan dengan bangganya image wanita berkerudung itu saya hiasi dengan bawa tas bermotif ganja ke sekolah. Sungguh teladan sekali saya ini, Ya Allah. Saya bangga, pada kakak sepupu saya. Hingga akhirnya saya dapat predikat “Ditiung teh baragajul” (cari aja sendiri ya arti dari baragajul itu apa) dari teman sebangku saya waktu kelas 1. Saya tau itu becanda, tapi kaaannn……

Lalu di kelas 2 SMP, tas mengerikan itu terpaksa saya pakai lagi karena kan saya nggak ada tas lagi, adanya juga tas belanja ibu saya.

Fenomena tas ganja rupanya masih berlanjut di kelas 2, hingga akhirnya pada suatu hari saya nanya ke temen sebangku, “Eh, motif ganja di tas aku bisa ilang ga sih kalau lama-lama dipake dan kena paparan matahari?”

“Bisa,”Kata dia

“Serius?”

“Iya, bisa kalau kamu cuci terus disikat!”

“Wah serius?”

“Iya, tapi kamu harus nyikatnya seabad! Hahahahahaha”

“………”

Saya nggak pernah seniat dan sesemangat seperti anak kebanyakan kalau harus beli sebuah barang, makanya, kebanyakan barang yang saya butuhkan dibeliin orangtua atau nitip. Hingga kejadian tas ganja terjadi lagi di kelas 2 SMA.

Ibu saya beliin saya kerudung dengan motif laba-laba di bagian kepala.

Dan ketika saya nggak nyadar kalau itu aneh, di mana saya udah SMA tapi pakai kerudung motif laba-laba dengan santainya ke sekolah, saya benar-benar nggak nyadar itu hal yang tabu untuk dipakai seorang anak SMA.

“Sar,” Teman saya menepuk bahu saya lembut.

“Iya, kenapa?”

“Kamu ngefans banget ya sama Spiderman?”

Seketika saya pengen menghilang. Dan nyemprotin dia jaring laba-laba dari lubang idung

Rupanya, semua komentar itu emang yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mental, saudaraku. *Turun Mimbar*

SA

25 Juni 2019 /21 Syawwal 1440 H

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

No responses yet