Ramadan dan Kerinduan
Ramadan adalah untaian rindu, seperti terlempar ke masa lalu, subuh berjamaah mengejar tanda tangan ceramah ustaz, menyalakan petasan korek lalu berlari menghambur karena ibu-ibu di depan gang pasang sapu lidi dengan mata melotot,
main di halaman sambil berlomba membeli sebanyak-banyaknya hotel dan rumah di permainan monopoli, aku yang selalu kalah pada akhirnya meminta teman-teman untuk main ular tangga saja
Tarawih dengan sarung Bapak untuk memukul kepala teman sekuat tenaga, lalu menangis dan sekonyong-konyong aku dicap batal puasanya. Padahal kan, aku hanya membalas pukulannya juga
Ramadan adalah rindu ketika anggota keluarga masih lengkap, nenek yang selalu melontarkan lelucon garing, kakek yang selalu membagi roti coklatnya, lalu tiba-tiba saja menyodorkan tangannya pada saat lebaran, memintaku sun tangannya, padahal aku ingin sungkem juga seperti teman-temanku sambil menangis. Kakek dan Nenekku hanya tertawa sambil memberikanku lembaran sepuluh ribu, “nggak usah sungkem! Nih uang!” Begitu katanya
Ramadan adalah rindu dengan acara televisi kesayangan, iklan sirup yang bersambung, lalu seminggu sebelum lebaran, iklan sirup itu sudah menghilang, kosonglah hati-hati kita saat itu, karena artinya ramadan akan segera usai
Ramadan adalah kerinduan berlomba-lomba khatam Quran, tanpa iming-iming sertifikat dari guru ngaji seperti hari biasa, ramadan membuat bacaan quran selalu bersemangat, seperti melihat teman sudah khatam, kita merasa tertinggal
Ramadan adalah sahabat-sahabat yang menjemput untuk tarawih bersama, sama-sama teriak aamiin paling keras setelah imam baca alfatihah, lalu cengegesan karena aamiin yang diucapkan terlalu panjang, lagi-lagi mata melotot ibu-ibu tertuju pada kami
Ramadan adalah kasih sayang ibu dengan sayur andalannya, kolak pisang dan teh manisnya, namun kita bandel karena tetap membeli gorengan setiap buka puasa, lalu es cekek sehabis tarawih karena lelah tertawa-tawa
Ramadan adalah marahnya ayah saat kita enggan tarawih, malas bangun sahur, dan susah diajak ke masjid
Ramadan adalah undangan bukber yang menjamur, berbagai grup alumni mulai ramai, serta berbagai alasan untuk menolaknya mulai bermunculan
Ramadan adalah rindu pada kebaikan-kebaikan manusia, bagaimana mereka menahan marah dan dosa walaupun hanya di siang hari
Ramadan adalah rindu pada nasihat-nasihat lewat ceramah ustaz dan guru-guru, iming-iming pahala dan surga, lalu kita bersemangat karenanya walaupun habis lebaran semua nasihat itu lupa
Ramadan adalah kerinduan, bersama dengan orang-orang yang kita cintai, kegiatan yang membuat hati menjadi hangat, sehingga rindu itu beradu dengan haru, beradu dengan harap, agar tahun depan bertemu dengan kerinduan ini lagi
Ramadan adalah aku, kerinduanku, dan angan-angan yang semu, seolah waktu bisa mengembalikanku pada kerinduan-kerinduan yang selalu beradu dengan kenyataan dalam benakku
SNA, Bandung, 2 Ramadan 1444 H
24 Maret 2023