Pura-pura Solat
Menginjak remaja, banyak siswi saya yang akhirnya baligh juga. Mereka malu-malu untuk bilang kalau hari itu mereka sedang tidak solat.
Pertama kali saya mendapati seorang siswi yang baru saja mendapatkan haid pertamanya, dia enggan untuk bercerita pada teman-temannya kalau hari itu dia sedang tidak solat. Saya tawarkan beberapa pilihan, mau jujur sama teman-teman atau mau disimpan dulu. Resikonya kalau disimpan dulu, maksudnya dirahasiakan dulu dia harus berjuang untuk mencari alasan kenapa nggak ikut solat berjamaah. Saya sih, nggak akan maksa pendapat saya biar dia pilih. Dia sudah cukup dewasa, kan.
Akhirnya beberapa siswi yang dapat haid pertama kali memilih untuk merahasiakannya dari teman-temannya yang lain. Dia harus berusaha mencari alasan atau kabur sebentar biar temen-temennya nggak nanyain. Tapi ada juga yang malah selama ini siswa yang sudah haid tapi nggak mau bilang siapapun, termasuk saya. Akhirnya setiap waktu solat berjamaah tiba, dia akan pura-pura solat.
“Bu, aku pengen bilang sesuatu. Tapi maluuu!” katanya suatu siang
“Apaa?” Saya udah nyangka dia bakal bilang hal ini sih.
“Bu, aku tuh udah haid loh, Bu! dari pertengahan tahun lalu!” Jujur saya kaget, tahun lalu itu kan udah lama banget. Jadi selama ini dia nggak mau ketahuan dan pura-pura solat.
Saya mungkin merasa menjadi wali kelas yang kacau, karena untuk cerita sama saya aja dia nggak mau. Yah tapi saya juga nggak bisa maksa setiap siswa harus terbuka apapun tentang perasaannya pada saya.
Dari hal-hal seperti ini saya mengerti kalau menjadi berbeda itu tidak enak. Padahal motivator-motivator di luar itu sering bilang kalau masing-masing dari kita berbeda. Tapi buktinya, setiap orang sulit menerima perbedaan.
Mungkin kalau murid perempuan yang baru dapat haid ini cerita ke temen-temennya, mereka akan dipandang berbeda. Apalagi usia mereka yang masih heboh, teman yang lain akan tahu dan suasana hati siswi yang baru haid tadi semakin nggak karuan. Ribet ya?
Semua orang tidak suka dipandang berbeda, semua orang senang melihat perbedaan dan membicarakannya lalu mempermasalahkannya. “Kenapa sih dia kok beda?”
Padahal perbedaan selalu ada. Kita selalu tidak siap menerimanya bahkan nggak sanggup untuk menunjukkan hal itu ke khalayak. Kita akan dianggap aneh. Sehingga membuat segala cara dari setiap orang yang berbeda untuk menutupinya dari orang lain. Tidak ada yang salah dengan perbedaan, kan? hanya saja, bagaimana kita mengatasinya agar tidak terjadi konflik. Kalau semua orang ingin tidak ada perbedaan sih, saya mau mau aja disamain sama Emma Watson.
Bandung, 2020