Sajak Indomie Bagian 2
Kemarin aku beli Indomie ke warung Mang Ukat
Bertahan dengan pecahan sepuluh ribu untuk dua hari
Aku beli dua bungkus Indomie
Lalu kumasak dan kucampur dengan nasi
Lambungku menjerit karena asap dari mangkuk masih mengepul,
langsung saja kuhirup kuahnya karena sejak pagi aku belum makan
Lidahku juga melepuh, mengaduh pada tangan yang terburu-buru menyendok dengan rusuh
Ibuku bilang makanan tidak boleh ditiup
Aku mengamini dan tak pernah melakukannya
Tapi lihat! aku lupa kalau lidah juga bisa berperasaan
Sayup-sayup mataku berat setelah mangkuknya tandas
Aku tertidur dan bermimpi
Membeli Indomie satu pabriknya
Aku senang karena tak usah berpikir makan apa lagi esok hari
Aku akan kenyang
Aku akan senang
Aku terbangun dengan perut begah tak karuan
Meraung-raung suaraku membelah langit-langit kamar yang lembap
Kulirik handphoneku berbunyi, ada pesan masuk lalu kubaca
“Besok Bu Asih ngundang pengajian, datang ya!”
Aku masih mengaduh memegang perut yang perih
Namun senyumku berseri
Karena esok, aku akan dapat makanan enak
Dan Indomieku, bisa kusimpan untuk esoknya lagi
Aku meraung di sudut kamar, perih, sendiri, miskin, tak ada teman,
namun hanya Indomie kurasa yang mau bersahabat dekat dengan orang miskin sepertiku
SNA
Bandung, 8 Agustus 2020