Persahabatan dan Lingkaran Pertemanan (Part 2)
Di suatu hari tanpa sengaja, kita akan bertemu dengan lingkaran pertemanan yang berujung dengan bermacam-macam kondisi, menjadi teman ‘friendship goals’ atau hanya sekedar menyapa dengan diawali oleh komen di status media sosial
Sejak SD, saya memiliki sekumpulan teman bermain yang kemana selalu bersama-sama, tetapi ada beberapa waktu yang ketika main sayanya nggak diajak (kalau sekarang mah bikin grup yang nggak ada kamunya)
Persahabatan itu masih berlanjut hingga SMP sampai saya mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan saya non aktif sekolah selama 2 bulan. Lalu sahabat-sahabat saya tersebut menjalani kehidupan friendship goalsnya tanpa saya, menjalani hari-hari indah dengan mengupload foto di media sosial, tanpa saya, saya pikir, setelah saya sembuh nanti, saya bisa bergabung dan menjalankan kehidupan persahabatan impian seperti mereka, namun ternyata, saya sudah tertinggal jauh sekali, mereka menambah teman baru sehingga saya sudah terlalu asing untuk berada di sana.
Persahabatan indah seperti menjenguk teman yang lumpuh seperti saya saat itu, dengan menandatangani balutan gips dan perban hanya ada di drama-drama klise yang tidak pernah saya alami. Kenyataannya, tidak ada satu orang teman pun yang mau menunggu saya bahkan menemani saya, saya terlarut kesendirian yang mendalam dengan bermimpi setiap malamnya kalau saya sedang berjalan-jalan bersama teman-teman.
Saya jadi belajar dari kejadian tersebut bahwa sepahit apapun hidup kita, dunia akan terus berputar, dunia akan tertawa tanpa menunggu kita yang sedang berhenti entah apapun alasannya. Dunia akan meninggalkan kita yang sedang lelah, dunia tak mau tahu.
Seperti halnya sebuah keluarga yang menggelar pesta pernikahan sepeninggal salah satu anggota keluarnya, kesedihan hanya akan berlangsung hari di mana seseorang itu pergi meninggalkan kita, lalu selanjutnya orang akan kembali sibuk dengan capaiannya masing-masing, orang mengejar dunia dengan harapan-harapannya, seperti belum tentu sahabat mendoakan kita selalu ketika kita telah tiada
Sehingga ketika teman kakak saya datang berkunjung karena rindu dengan sahabatnya walaupun saat itu kakak saya sudah lima tahun tiada, saya merasa kalau sahabat seperti itu sangat langka. Mungkin perbandingannya 1:1000
Apapun alasannya, persahabatan yang baik yang akan membawa kita ke surga juga, sahabat yang mencari kita ketika sahabatnya tidak ada di surga, mencari dan bertanya pada Allah, ‘di dunia kita bersama, bolehkah di surga kita juga bersama?’
Namun lagi-lagi saya sering bertanya pada diri sendiri, apakah orang-orang yang saya anggap sahabat itu, juga menganggap saya sahabat? ataukah hanya saya saja yang menganggapnya sahabat seperti saya sedang bertepuk sebelah tangan?
Hingga akhirnya, kita tidak bisa bergantung pada sebuah persahabatan, hidup kita dilihat dari sebaik apa diri kita melakukan tugas di dunia, karena sahabat hanyalah manusia yang selalu kita sangka bisa menyelesaikan beberapa masalah kita, namun nyatanya, mereka hanyalah manusia yang diturunkan Allah untuk sarana kita belajar dan menjadi dewasa, tidak untuk tinggal bersama kita selamanya.