Penggunaan “Euy” di Dunia yang Fana Ini

Sarah N Aini
4 min readMar 24, 2021

--

Beberapa minggu yang lalu, saat naik angkot ke suatu tempat, saya duduk di sebelah teteh-teteh berlogat Sumatera. Dari logatnya sih kental banget Medan-nya, teteh ini bertanya lokasi sebuah tempat ke mang angkot.

“Iya, lewat kok neng, nanti neng tinggal jalan aja dikit.” kata si mang angkot, saya sih sebenarnya tau tempat itu di mana, tapi masih agak remang-remang karena udah lupa rute angkot yang saya naiki tersebut, maklum lah, semenjak pandemi saya udah jarang pake angkot jauh-jauh. Karena saya kurang yakin sama perkataan si mang angkot ini, dan kayaknya sih si mang angkot ini juga newbie soalnya selalu memastikan lokasi tujuan si teteh kepada siapa saja yang ia temui di jalan, ‘Haaah! berati si mang angkot juga gak yakin!’ batin saya julid.
Terus, kalau di Bandung, ada mang angkot atau siapapun yang mengarahkan jalan dan di akhir kata dia bilang, ‘Deket kok neng, tinggal jalan aja dikit!’ jangan percaya! karena jalan aja dikit versi orang Bandung itu bisa sampai 1km ya minimal 500 meter lah (walaupun ada juga yang bilang beneran deket cuma beberapa langkah)

Nah, karena saya tidak yakin dengan rute angkot ini, dan setau saya memang nggak lewat tujuan lokasi si teteh, akhirnya saya malah fokus ke obrolan si teteh dengan seseorang di telepon, dari obrolannya sih, kayaknya seorang yang lebih tua, karena dia panggilnya, ‘Ibu, gimana kalau besok saya pagi-pagi nemuin ibu?” nah berati kan lebih tua dan lebih dihormati, hanya saja, dengan logat Medannya yang kental dan budaya sundanya yang sudah menyerap, si teteh ini menambahkan kata ‘euy’ di beberapa akhir percakapan.
“Nah iya bu, saya nggak tahu, euy!” dan “Euy” lainnya yang saya dengernya gatel sendiri, ya wajar lah, kalau orang setempat mendengar kata-kata yang tidak tepat pasti juga gitu. Tapi saya sih nggak marah dan dengki apalagi iri ya, sama si teteh, hanya saja bagi saya itu lucu. Penempatan “euy” nya itu seperti dia sedang ngobrol dengan dosen, lalu di ujung kalimat ditambahkan kata euy.
“Oh iya bu, menurut saya data ini sudah cukup merepresentasikan keadaan di lapangan, hanya saja saya butuh beberapa referensi lagi, euy!” terdengar seperti ngajak gelut, bukan? (gelut = berantem)

“Euy” sendiri, menurut bahasa adalah, cari aja sendiri lah di gugel. Tapi menurut saya yang sudah menyatu dengan kata-kata ‘euy’, kata tersebut termasuk dalam kata seru, entahlah benar atau salah menurut teori, tapi kata ‘euy’ selalu dipakai di akhir kalimat untuk menegaskan sesuatu.
Hade, euy!” (bagus, tuh!)
“Jagoan, euy!”
Kade, euy!” (hati-hati, dong!)
Euy?” nah, yang ini biasanya untuk ke teman yang sudah akrab sampai udah berani toyor-toyoran, sambit-sambitan, dan rajam-rajaman, kalau dipanggil terus kita jawab “euy” hanya berlaku buat ke teman, jangan sampai pas dipanggil dosen atau orangtua kita jawabnya “euy?” kalau kalian mau coba sih, silakan, paling-paling disiram kuah seblak.
“Euy” sendiri artinya bisa beda-beda, saya sulit menjelaskan maksud “euy” yang sesungguhnya, sepertinya perlu ada kajian khusus kebahasaan untuk membahas kata yang satu ini. Karena “euy” seperti contoh-contoh yang saya tulis di atas bisa berbeda dalam setiap situasi.
Maneh iraha lulus?” (kamu kapan lulus?)
Teuing euy!” (gatau nih!)
atau
Euh, atuh euy! sing baleg gawe teh!” (Eeeh, yang bener dong, kalau kerja!)

Tuh, beda kan? makanya saya juga bingung, “euy” itu masih sebuah misteri dalam kehidupan saya. Tapi sebagai orang sunda, saya masih tergolong jarang menggunakan kata “euy” begitu juga dengan teman-teman saya yang orang sunda tulen, rata-rata mereka akan menggantinya dengan “eung” karena “euy” terlalu bebas dan slank.

“Gatau eung, aku juga lupa”
“Jadi gitu eung, aku teh!”

Tapi “eung” sendiri penempatannya bisa berbeda dengan “euy” yang terkesan lebih bebas dan berani (halah). Misal kalau pake “euy” kita bisa pakai untuk menjawab sapaan teman,
“Jennifeeeer!”
“Euuuy?”

atau kalau mau dibikin alay, jadi :
“Jennifeeeer!”
“Uuuy?”
atau “Aku nggak tau, uy!”

“euy” sendiri juga biasa dipakai saat teman curhat, menggunaan “euy” maknanya akan jadi semakin mendalam (halah), “Aku teh euy gatau ujug-ujug pengen nangis” (aku teh gatau tiba-tiba pengen nangis)

Aku teh siah euy, jol weh jajan baso istigfar saratus rebueun, jiga nu kasurupan.” (aku teh tiba-tiba aja jajan baso istigfar seratus ribu loh! kayak yang kesurupan)

Tapi, kalau saya merunut dan menganalisis penggunaan “euy” di Bandung, kumpulan ibu-ibu akan sangat jarang menggunakan kata “euy”, mereka akan sering menggunakan kata “ceunah” (katanya) di setiap kalimatnya
Ceunah mah ceuk si ibu Ida Pak Haji Aceng, si istrina Mang Ujang teh hamil deui, aduuuh eta anakna geus murudul!” (artinya tidak akan saya tulis ah, hahahaha)
Iya, benar! penggunaan “ceunah” kenapa identik dengan ibu-ibu, karena kata “ceunah” selalu diiringi dengan informasi, sehingga karena termasuk kalimat informatif (baca=gosip), maka kata ini selalu melekat pada ibu-ibu.

Berbeda dengan “euy” yang melekat pada anak muda dan sebagian bapak-bapak. Karena seperti yang saya bilang sebelumnya, “euy” ini terkesan kata yang berani, bertanggung jawab, siap menerima resiko dan tantangan (Gue banget lah)

Nah, apakah para pembaca sudah menemukan sedikit pencerahan tentang penggunaan “euy” di kehidupan yang fana ini? saya rasa sih tidak dapat pencerahan apa-apa ya. Tetapi saya harap, pembaca sekalian bisa dengan bijak menggunakan kata “euy” dalam setiap kesempatan.

Udah ah, cape ngetik, euy!

gambar dari pinterest

Bandung, 24 Maret 2021

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

Responses (1)