Orang Miskin dan Orang Kaya yang Sama-sama Bahagia
Sore ini seorang supir angkot berteriak bahagia,
“Dapet tuh si Eroh!” teriaknya kepada teman sesama supir yang bertemu saat ngetem dekat terminal
“Dapet? wah gila! berapa nomor tuh?” teriak temannya
“Empat nomor!”
“Nungguin saweran aja kita, mantaap!” seru supir angkot
Hari ini langit mendung dengan angin kencang, namun sepertinya tidak dengan senyum Bapak penjual warteg yang terkembang cerah merekah seperti bunga matahari mekar, wah, kalau salju bisa turun di Indonesia, mungkin dia sudah merebahkan diri di atasnya dan menggoyangkan kaki dan tangan dengan tertawa-tawa.
Angkot melaju lagi perlahan, si supir menghampiri si pemenang empat nomor togel yang ia pasang, “Menang nih? saweran ya!” dengan sama-sama tertawa lebar, si pemenang berteriak bersama istrinya yang sedang menggendong anak, ia membawa anaknya ikut serta di warung tegal kecil miliknya, di pinggir jalanan raya Dago sore itu.
“Menaaang! lima jutaa! Hahahaha!” puas sekali wajahnya, mungkin juga tak sadar kalau baru saja ia tak sengaja melompat saking senangnya, berbagi cerita bahagia kepada sahabat-sahabatnya, tukang parkir, tukang angkot, sampai sesama pedagang yang lewat.
“Sawer lah!” si supir angkot berjanji akan balik lagi, menagih janji untuk dapat sawerannya.
“Tadi tuh, si Bapak itu dapet togel, Bu!” angkot melaju lagi, si supir lalu berbagi ceritanya pada kami, penumpang yang cuma dua biji. Wajahnya sumringah, mungkin sama bahagianya ketika kalian menceritakan seorang sahabat yang lulus PTN, atau lulus CPNS pada teman lainnya.
“Emang boleh sama pemerintah?” si Ibu penumpang yang duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja mengomentari,
“Ya, sekarang mah nggak diapa-apain sama pemerintah. Aman, Bu.”
“Ya tapi itu juga kan kalau menang terus, ya? kalau kalah, kan bangkrut?” timpal si Ibu lagi.
“Yah, namanya juga orang miskin, Bu. Dapet 5 juta aja bahagianya kayak apa. Saya sih, cuma nagih saweran aja, barang dua puluh ribu mah lumayan buat beli bensin.”
Mungkin, dalam hati terdalamnya, mereka juga berpikir bahwa itu tidak baik, tapi apakah mereka bisa memilih jalan yang baik, ketika jalan yang buruk begitu terbuka lebar, tidak ada jalan untuk mencari kebenaran karena memang kebenaran bukan yang mereka cari, mereka mencari sebuah keyakinan, kalau besok harus makan, kalau besok harus cari uang bayar kontrakan, jauh sekali ilmu yang sampai kepada mereka karena para penuntut ilmu yang sudah tahu kebenaran, sombong dan haus akan kepentingannya sendiri. Karena orang yang merasa bersih, terkadang malas main ke tempat yang kotor, alih-alih untuk membersihkan, bahkan enggan untuk sekadar melihat-lihat.
Orang yang mengetahui kalau itu buruk, akan menghakimi mereka berdosa tanpa mau tangannya kotor untuk meluruskan, mungkin pernah meluruskan, hanya saja ujung-ujungnya hanya memandang, “Kamu penuh dosa, cari kerja yang halal dong!”
Padahal kan memberi nasihat harus dengan hikmah, dengan lembut.
Saya ingat sekali wajah si Bapak yang dapat togel 5 juta rupiah itu, merekah wajahnya, berteriak kegirangan dan memperlihatkan giginya yang sudah ompong sana-sini, padahal usianya juga belum tua. Mungkin ia masa bodoh dengan penampilannya, mungkin ia hanya bangun subuh-subuh untuk bersiap jualan di pinggir jalan, menyapa ramah tukang angkot yang mau ngutang sarapan dan makan siang, saya juga masih ingat wajah istrinya, berdiri di samping suaminya dengan wajah yang terharu di balik senyuman itu,
Mungkin mereka bahagia, dengan indikator bahagianya sendiri, tanpa tahu kalau itu benar atau tidak,
saya juga ingat, ketika seorang Ibu-ibu yang duduk di samping supir angkot itu bernada menasihati karena supir angkot terlalu bersemangat menceritakan kebahagian temannya, “Orang miskin segitu juga udah bahagia banget.”
Sehingga saya juga jadi teringat dengan berita yang saya baca kemarin sore,
tentang dana bansos yang dikorupsi 17M,
Saya hanya ingin mengingat dan membandingkan,
Kebahagiaan seperti apa yang seharusnya orang kaya itu bagi kepada orang miskin, dengan cara yang sama-sama salah, namun apakah bahagianya akan terasa sama?
Kebahagiaan seperti apa yang ingin orang-orang kaya itu bagi, apakah hanya dengan janji, memberikan harapan esok hari, namun tak kunjung ditepati, sehingga orang miskin mencari jalan terakhir untuk menjemput bahagianya sendiri?
Terminal Dago, 7 Desember 2020