Masuk PNS Tanpa Tes

Sarah N Aini
5 min readJul 25, 2019

--

Kebanyakan orangtua sangat ingin anaknya jadi PNS. Iya, gimana nggak mau? gaji tetap setiap bulan dengan jumlah yang lumayan, lalu setelah pensiun, tetap gajian.

Eh iya gitu? ya nggak semua orangtua berpikir seperti itu sih, maksud mereka ingin anak-anaknya jadi PNS karena orang zaman dulu pencapaian karirnya ya jadi pegawai negeri. Jadi otomatis pengen anak-anaknya pun pakai indikator sukses mereka.

Ada yang nurut, ada juga yang merengut lalu cabut. Eh maksudnya lalu mengambil keputusan lain dalam hidupnya.

Termasuk orangtua saya, mereka juga sebenarnya mengharapkan saya jadi PNS. Pakai seragam dinas setiap pagi yang sudah disetrika rapi, sepatu pantofel hitam habis disemir, tas yang disangkutin di bahu sambil tercium wangi karena baju rapi terus tiap hari.

Tapi, karena saya orangnya nggak suka kegiatan se-serius itu, di mana setiap hari kegiatannya sama, seragamnya udah ditentukan, dan paling penting kegiatannya pun sudah ditentukan, saya rasanya akan bosan dan banyak mengeluh pada orangtua.

Tapi bukan berarti saya menyalahkan teman atau orang lain yang memilih jalan itu ya, itu kan pilihan. Ada yang hidupnya senang dengan keteraturan seperti itu, ada juga orang yang hidupnya random kayak saya.

Saya juga awalnya mempersiapkan diri saya untuk menjadi guru ideal, ibu saya juga mengharapkan saya seperti itu. Pakaian seragam tiap hari habis disetrika wangi, sepatu hitam mengkilap, dan disegani murid-murid.

Maka dari itu, ibu saya senang sekali membelikan saya kemeja dengan rok yang senada, atau bros bunga lucu-lucu ala teteh-teteh eksekutif muda.

Namun ternyata, semua hal itu hanya ekspektasi yang tak sesuai dengan kenyataan.

Saya memang sudah jadi guru, tapi untuk pergi mengajar, saya bisa senang hati pakai sendal jepit. Masih untung pakai sandal tertutup ke sekolah, ini sandalnya berlumur lumpur bahkan solnya udah tipis. Pernah lupa saat lagi buru-buru saya pakai kaus kaki berbeda warna antara kanan dan kiri. Atau karena udah kepepet, saya pakai kaus kaki longgar melorot-melorot. Ya anggap aja Loose socks ala Jepang. Untuk urusan outfit, saya nggak pernah berencana pakai seragam ala ala PNS yang warna rok dan kemejanya sama, pakai kemeja abis disetrika pun udah alhamdulillah. Sampai kalau harus pake wangi-wangian karena ternyata baju saya baunya aneh, saya pergi sebentar ke tempat setrikaan dan semprotin baju pake Kispray.

Awalnya saya juga ragu pakai sandal butut ke sekolah, masa nanti murid-murid ngata-ngatain saya.

Eh tapi guru-guru di sini juga aneh-aneh! masa ya, ada seorang guru pakai celana olahraga atasannya kemeja batik tapi yang dia omongin kitab Ibnu Jazary! atau bapak-bapak pake gamis kayak Raja Salman, bawahnya pake celana jeans terus pake sandal jepit yang buat ke wc dan bahan diskusinya Fiqih Kurban. Atau parahnya lagi, eh, kalian tau gak, celana quick dry? celana bahan sejenis parasut gitu yang mudah kering, biasanya dipakai buat kegiatan outbound, nah! ada tuh bapak-bapak yang bawahnya pake itu dan atasnya pake kemeja! atau guru yang pake baju tidur tapi yang diomongin kurikulum. Dan juga, guru yang ke mana mana pake sepatu boot buat ke sawah tapi bawa-bawa DSLR. Paling baru, ada seorang guru nongkrong di depan kamar mandi sambil makan kuaci. Greget kan hidupnya?

Pernah juga saat pelajaran olahraga, saya bersama beberapa guru perempuan nganterin siswa berenang. Sehabis renang, ada seorang anak yang celana panjangnya basah, otomatis dia nggak punya ganti lagi kan? tiba-tiba seorang guru perempuan menawarkan bantuan, “Nih, pake rok ibu aja! tapi besok bawa lagi ya soalnya ibu nggak punya lagi rok buat ke sekolah.” Akhirnya dia memberikan rok hitam panjang miliknya satu-satunya itu pada murid tersebut sementara dia pake celana olahraga. Bayangin lah, seorang guru hanya punya satu rok resmi untuk dipake ke sekolah. Saya saat itu kayak pengen menjerit, “I Love You!” tapi buat apa.

Pemandangan paling aneh adalah saat upacara bendera 17 Agustus, di mana saya lihat guru-guru upacara pakai sandal jepit.

Ketika saya pakai sandal karet sejuta ummat yang pasaran di jual dan pakai kaos saat kuliah, serta merta point saya dikurangi karena katanya calon guru masa pakaiannya kayak gitu. Akhirnya saya harus memaksakan diri saya memakai sepatu hitam rapi dan kemeja rapi sekali.

Kalian jangan dulu terkesima gitu dong! ada nih, murid yang sehari-harinya pake piyama ke sekolah tapi roknya batik. Kalau dulu pas mahasiswa, pakaian kayak gitu saya pake buat ke warung buat beli beras. Sementara anak-anak lain seneng pake bando baru atau pamer sepatu baru ke sekolah, anak-anak di sini nyaman banget pake sandal jepit yang penuh lumpur, atau pake jaket Supreme tapi celananya sobek-sobek. Sobek-sobeknya bukan karena gaul, tapi sobeknya nggak simetris gitu loh, kayak bekas jatoh terus dijahit tapi sobek lagi dan akhirnya ditambal pake handsaplast. Ada juga siswa yang pake celana boxer atasnya kemeja lapangan, Eh terus ada yang pake kerudung segiempat lucu-lucu, bawahnya celana tidur plus sendal atau anak yang ke mana-mana pake rompi sekolah yang kantongnya banyak, badannya bau matahari, tapi dia ngomongin nuklir. Kadang saya juga suka aneh itu kok ada anak yang setiap hari bajunya ada motif coklat-coklat, dan obrolannya kalori pada bekal teman-temannya, eh pas dideketin motif lumpur itu tanah dari sawah yang udah kering.

Amazing pisan.

Penampilan fisik memang menjadi first impression bagi beberapa kalangan, salah-salah berpakaian, bisa salah persepsi dan salah sangka. Apalagi kan kalau melamar kerja jadi HRD, masa pake kaos bolong-bolong celana futsal? kan langsung diusir satpam.

Tapi di sekolah ini, saya jadi benar-benar melihat orang dari sifatnya bukan cuma penampilan luar yang aduhai, tapi apa isi kepalanya. Pernah nggak kalian terbersit pengen ngobrol sama orang yang pake kaos oblong celana olahraga dan sandal warnanya bersebrangan? pasti awalnya kalian mikir, “Nih orang kemalingan apa gimana ya?” tapi di sini tuh beda, saya bisa aja santai ngobrol tentang hadist atau tentang kurikulum sama orang dengan celana olahraga tapi atasnya baju koko dan sendalnya boleh minjem ke penjaga sekolah.

First Impression atas penampilan kita memang perlu, tapi jangan sampai kita memandang remeh sama orang yang kurang memerhatikan penampilannya. Bisa jadi kamu adalah orang yang senang mengikuti perkembangan fashion terbaru, lalu ketika liat orang yang gayanya serampangan rambut acak-acakan pake sandal gunung dan kalau jalan kayak diuber deptcollector, itu karena lingkungan dia sebebas itu, coba deh menilai oranglain dari pemikiran mereka, bukan cuma penampilan. Tapi bukan berarti kita juga harus cuek berpakaian dalam segala kesempatan, kita harus menyadari kalau orang lain mungkin risih liat kita ke kondangan pakai sendal gunung (Iya maaf saya pernah khilaf), dan mungkin ada orang yang jijik ngeliat kita di mall pake celana olahraga berlumpur. Ya, segala sesuatu juga harus sesuai sama tempatnya kan?

Jadi intinya, di sini saya merasa penilaian saya terhadap oranglain menjadi lebih objektif, sehingga saya juga belum tertarik daftar PNS, karena saya pernah pake kaus kaki warna merah muda cerah ke sekolah, pulangnya jadi warna coklat PNS.

Cuma di sini saya bisa jadi PNS tanpa tes.

Nggak tau maksud dia apa pake topi keresek ke sekolah
Seorang murid mendatangi gurunya dengan sebilah golok
Di ujung sana, ada seorang anak berpenampilan seperti Detektif Conan

SA

21 Juli 2019/18 Zulqoidah 1440 H

edited July, 25th

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

Responses (1)