(Lagi-lagi) Beberapa Tips Tanpa Survey

Sarah N Aini
4 min readJan 5, 2020

--

Hari ini saya diminta jadi pengisi di acara pekanan flp sumedang. Sebenernya sih saya pengen nolak karena saya bingung harus ngomong apa. Eh tapi setelah dipikir-pikir boleh juga bagi ilmu saya yang sedikit ini. Bisi kayak di sinetron azab "orang pelit ilmu, kuburannya meledak"

Dua hari kemarin saya demam, badan saya panas tinggi hingga beberapa tugas terabaikan termasuk di #30haribercerita saya kelewat 2 hari nulis di sana. Sebetulnya hari ini saya kayak lagi pake jurus kungfu di film kungfu zaman dulu, yang jalan miring kanan miring kiri, karena kepala saya masih pusing dan muter-muter. Mulut saya juga masih pahit padahal saya pengen makan indomie ayam bawang pake telur ceplok dicéngékan (cabe rawit). Tapi karena udah bisa jalan, dan ini amanah untuk saya, akhirnya saya hadir.

Temen-temen udah pada hadir di sana, Masjid Aljabar ITB Jatinangor. Setelah saya mulai bicara ini itu, sekitar pukul 11 lewat, Teh Eika bersama Aa Gagah, anaknya yang berusia 3 tahun tapi udah kayak Aa Aa korea, baru tiba sambil bawa cimol.
Dalam hati saya merasa bersalah, materi sharing yang saya bawakan sudah selesai tapi keluarga fenomenal ini baru hadir. Duh saya merasa ingin ngomong lagi dari awal. Tapi kan nggak mungkin ya
Akhirnya mereka makan cimol sampai zuhur. Terus apakah kami berpikir Teh Eika datang jauh-jauh dari Rancaekek hanya makan Cimol sambil nungguin zuhur?
ah nggak juga, kan kalau hadir di majelis ilmu, walaupun telat tetap dihitung kebaikan.
Jadi gapapa dong kalau hadir di sekolah atau di kuliahan telat?
Ya nggak gitu juga dong, Maliiih!

Saya akan berbagi hal-hal yang saya sampaikan tadi. Ini saya ambil juga beberapa dari buku terbitan lama karya M. Fauzil Adhim yang judulnya Dunia Kata

Menulis nggak butuh mood

Beberapa penulis terutama penulis pemula seringkali kesulitan melanjutkan tulisan mereka karena berhenti di ‘nggak ada mood nulis’ alasannya harus cari tempat yang nyaman dulu, pergi ke cafe sambil pesen secangkir kopi. Padahal di sana hanya untuk update status aja. Sehingga dalam satu folder cerpennya, banyak cerpen yang belum selesai. Dan tulisan tetep aja segitu-gitu juga. Nah menurut beliau, “Sure, kita nggak butuh mood!” jangan mau dipertuhankan oleh mood. Harusnya kita yang menguasai mood. Saya teringat dengan kata-kata senior saya di organisasi kepenulisan ini, kata beliau biar kita nggak berhenti di satu paragraf ketika kerjaan kita saat menulis terhenti, kita harus mengakhiri tulisan kita dengan kalimat akhir yang menggantung, misalnya akhiri dengan “Saya ingin…” jangan diselesaikan jadi satu kalimat utuh. Karena jika kita ingin memulainya lagi, kita nggak akan lagi-lagi mikir, ‘Ah apa lagi ya kalimat pembukanya’ nah kalau kalimatnya menggantung gitu jadinya kan kita akan mencari-cari lagi kata baru dengan ide yang baru. Misalnya awalnya kita ingin nulis, “Saya ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.” setelah ide baru muncul jadi, “Saya ingin makan telur asin pake lontong sayur”

Melatih Imajinasi dan Mempertahankannya

Melatih daya imajinasi dan mempertahankannya perlu latihan. Penulis yang sudah cihuy kayak Asma Nadia, misalnya, beliau membaca 2–3 buku perhari yang tebal 1 bukunya 400–500 halaman. Gimana nggak keren tuh karya-karya beliau? perlu latihan yang tekun agar imajinasi dan ide kita semakin berkembang. Namun kita nggak bisa mengandalkan terus imajinasi dari diri kita sendiri, kita harus melatihnya dengan menulis dan membaca. Jadi apakah imajinasi bisa datang dengan sendirinya? ya tentu saja perlu latihan, dong!

Menyucikan Jiwa

Dalam tulisan M. Fauzil Adhim tersebut, disebutkan bahwa Imam Bukhori akan solat istikhoroh dulu sebelum menulis kitab. Ia akan meminta petunjuk kepada Allah untuk menulis sebuah kitab. Lalu Imam Malik akan berwudhu dan solat 2 rakaat sebelum memberikan hadits pada seseorang. Namun perlu dicatat, itu bukan syarat agar tulisannya jadi best seller, itu karena mereka ingin membersihkan hatinya dan menyucikan diri agar diridoi Allah. Tujuan segala perbuatan kan harus kepada Allah. Jadi tulisannya pun berkah dan bermanfaat. Kan apapaun kegiatan kita kelak dimintai pertanggungjawaban.

Jangan Terlalu GR

Jadi penulis nggak boleh GR. Kalau naskah kita ditolak penerbit, nggak dilirik, posting di medsos nggak ada yang ngelike, nggak boleh meyakini bahwa tulisan kita butut, jelek, nggak pantes, atau nggak layak, itu banyak faktor. Bisa jadi momentnya nggak pas untuk nulis tentang itu, bisa jadi penerbit liat tulisan kita fontnya nggak bagus untuk dibaca, atau tidak sesuai pasar penerbit. Atau kalau di mesdos sama di akun-akun lain nggak ada like dan komen, barangkali kalian belum mengatakan Aamiin. Atau salah waktu posting dimana orang-orang sedang di jam sibuk bekerja.

Lagi, jadi penulis nggak boleh GR dalam hal terlalu optimis, ‘Ah karya gue bagus kali ah, pasti lolos! nanti hadiahnya dipake apa ya beli iphone 11 atau motor’ eh tau-tau nggak lolos kan sakit nggak tuh jendral?

lurusin lagi niat menulisnya, karena Allah bukan? atau masih ngarepin pujian biar terkenal? ah ini mah juga note to my self.

Pandai Membaca Lingkungan

Karena tadi saya membahas mengenai tulisan humor, maka yang saya ingin ingatkan adalah jangan pernah mencampur humor dengan sara. Sara itu sekali lagi tidak cocok disandingkan dengan humor. Selera humor orang tidaklah sama, jadi kalau bawa-bawa sara, baiknya kalian tulis dalam sebuah artikel ilmiah dengan riset yang super mendalam. Jangan pernah dibawa ke ranah humor. Sering kejadian banyak orang tersandung beberapa kasus serius karena bercanda bawa-bawa sara, niat mereka pasti bercanda, tapi selera humor itu kayak makanan, semua orang punya seleranya masing-masing.

Membaur dengan Lingkungan

Jangan hanya terpaku dengan 1 lingkungan yang membuatmu nyaman, karena kalau hanya berteman dengan 1 kelompok aja, kita tidak akan terbuka pola pikirnya, kita hanya akan berhenti di satu pola pikir itu-itu saja. Kita kurang open minded. Jadinya selera humor kita tidak cukup terlatih. Tapi kita harus punya tameng yang kuat dulu sebelum berbaur, tameng yang kuat bahwa kita tetap tidak boleh melanggar syariat agama dan hukum negara yang berlaku.

Nah segitu dulu kayaknya tips yang tanpa survey serius, semoga membantu agan sista dalam menulis. Jangan lupa latihan dan siapkan cemilan, secangkir teh atau kopi juga pas untuk menemani ide agar bermunculan.

Good Luck!

30 Hari Bercerita

Bandung, 5 Januari 2020 / 10 Jumadil Awwal 1441 H

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

No responses yet