Kepada Aki
Aki!
Aku ingat pesan Aki dan Nini dulu, bahwa aku bisa jadi juragan suatu hari nanti
Asal aku rajin belajar,
Aki!
Katanya kan, aku bisa membentengi lapangan-lapangan kampung ini dengan beton tinggi
Menghalangi privasi-privasi dan rahasia para tetangga
Asal kita punya kuasa
Aki!
Aku masih ingat kata Aki, kalau tanah yang aku pijak ini, akan jadi warisan buatku dan si Dede,
Kata Aki nanti aku bisa menanam jagung,
lalu kujual ke pasar atau dibakar saja di atas arang
untuk aku jual di pasar malam
Aki!
Aku ingat kata Aki, kalau tanah warisan ini bisa dipakai hajatan satu kelurahan, sedekah buat orang kampung yang mau kawin,
sedekah buat karang taruna bikin acara agustusan,
mengisi sore bermain layangan dan gundu dengan bedak berantakan di pipi,
Aki!
Aku ingat, ketika dua puluhan usiaku
Sebab harus rajin belajar biar bisa jadi juragan
Emak menjual tanah Aki
Lalu uangnya diberikan pada rektor-rektor yang memerintahku bayar,
biar jadi tukang sarjana
Aki!
Tanah yang aku pijak ini bukan lagi tempat sedekah kita pada anak-anak yang main layangan
Bukan lagi tempat dangdutan warga saat agustusan
Bukan pula tempat orang hajatan
Tapi Aki!
Aku tetap menanam jagung, menanam singkong, menanam ubi, sebelum ditanam beton tinggi-tinggi untuk menjaga privasi para petinggi,
karena katanya bulan depan, aku harus memaksa jagung, singkong, dan ubi ini panen,
sebab apartemen besarlah penghuni selanjutnya tanah Aki ini,
Maafkan aku ya, Aki!
Tidak bisa jadi juragan
Aku janji, sedang menabung tanah buat aku dan Aki, di surga nanti