Hidup dalam Ketakutan
Akhirnya sampai di hari ke 30! Saya melewatkan beberapa hari dalam menulis #30haribercerita ini. Karena dalam sebulan ini, saya sakit dua kali. Untuk sakit yang kedua, saya lumayan ketakutan dengan hal-hal yang seharusnya tidak usah dikhawatirkan. Karena sakit yang kedua ini bertepatan dengan mencuatnya berita tentang virus corona, saya parno setengah mati. Saya scroll berita-berita mengenai itu, dan saya malah makin stress. Saya sampai berpikir, “Apakah saya juga terjangkit?” eh setelah dicek saya demam radang tenggorokan.
Saya mulai selalu khawatir dan takut berlebihan sejak sekolah menengah. Misalnya pas zamannya sinetron dengan tokoh utama yang menderita kanker darah, lalu rambutnya rontok sampai botak, saya selalu khawatir ketika rambut saya rontok. Saya hampir saja menangis waktu itu ketika mendapati rambut saya rontok. Dalam hati saya berteriak, “Apakah ini akhir hidupku? apakah aku menderita kanker darah?”
Akhirnya Ibu menyuruh saya ganti Shampoo. Setelah ganti shampoo, rambut saya tidak lagi rontok. Aku? jadi duta shampoo lain? Ups, Hahaha. Rupanya karena rambut yang tertutupi itu mudah rapuh, jadi rambut akan mudah rontok, Markonah!
Atau ketika degup jantung saya berdetak tidak biasa, dulu saya mengkhawatirkan hal itu sampai saya berniat untuk memeriksakannya ke dokter. Padahal memang nggak kenapa napa juga. Lapar kali itu mah, Malih!
Lain lagi ketika saya membaca sebuah artikel tentang tanda-tanda kematian, seketika saya terdoktrin otak saya sendiri kalau saya sedang merasakan tanda-tanda datangnya kematian setelah membaca info dari artikel tadi. “Wah, kok tanda-tanda ini mirip yang lagi saya rasain sekarang!” Akhirnya saya cepat-cepat bikin surat wasiat. Eh nggak juga.
Semua itu dulu membuat saya gila! saya terlarut dalam banyak ketakutan yang saya ciptakan sendiri. Saya membuat monster itu membesar lalu saya takut sendiri. Dan sekarang saya berpikir kalau itu semua tak masuk akal.
Kehidupan di dunia ini sesungguhnya hanyalah melawan ketakutan yang sebenarnya kita ciptakan sendiri. Takut gagal, takut bangkrut, takut nggak lolos, takut gemuk, takut sakit, takut mules, takut sama manusia-dosen misalnya- takut sama masa depan, dan banyak sekali ketakutan yang kita ciptakan sendiri. Padahal waktu bayi hingga sekarang, kita sudah melewati banyak sekali hal yang menakutkan dan kita sudah melewatinya!
Manusia memang terlalu kerdil untuk menganggap hal-hal itu menjadi ketakutan, padahal di depan nanti, di kampung akhirat tempat kita berpulang, ketakutan yang sesungguhnya harus hadapi. Karena belum tentu, ketakutan yang kelak akan kita hadapi, bisa kita lewati dengan mulus.
Mumpung masih di dunia yang sudah jelas bagaimana cara mengatasi ketakutan, kenapa kita masih mengumpulkan mereka dalam diri sehingga membuat kita menjadi manusia yang kerdil? untuk menjawab ketakutan di dunia kan hanya ada satu solusi, lawan!