Getir
Aku menyukai setiap keheningan yang tercipta pada jeda dalam sebuah percakapan,
Aku menyukai ketika otakku berpikir apa kalimat selanjutnya yang kulontarkan agar larut dalam obrolan,
Aku menyukai ketika lawan bicaraku mengikuti gerak tangan, silangan kaki, atau gestur tubuhku, itu artinya aku lawan bicara yang menyenangkan, bukan?
Aku mungkin si naif yang ingin jadi pahlawan, menyelamatkan, menyenangkan, dan membuat aman,
Namun aku terkadang memilih diam daripada serampangan menyapa duluan,
Aku takut mereka hanya menganggapku mengeluarkan bualan sebagai formalitas dalam interaksi keterpaksaan,
Aku lalu menemukan bahwa manusia-manusia sekitarku lantas hanya menganggapku bayangan, si tempat sampah pemikiran ketika tidak ada lagi solusi atas permasalahan yang mereka dapatkan,
Ditinggalkan lalu dilupakan, seakan namaku tak ada dalam catatan sejarah yang diabadikan,
Oh iya, aku lupa, sejarah hanya akan ditulis oleh pemenang,
Dan mereka hanya menganggapku pecundang,
Aku enggan mengenal dunia dan mengajak ngobrol lebih dulu, bukan karena takut dan malu, hanya saja karena aku tahu, di mana posisiku,
Maka lebih baik beranjak ke tujuan selanjutnya daripada mencari tahu apa yang sulit diketahui, bukan?
Sehingga aku lebih baik diam lalu sedikit bicara dan banyak mendengarkan, daripada diam-diam banyak membicarakan apa yang aku dengarkan.
SNA
Bandung, 27 Juni 2023
8 Dzulhijah 1444H