Gelas Pecah dan Firasat Buruk

Sarah N Aini
3 min readSep 13, 2020

--

Beberapa hari yang lalu, saya makan siang mepet magrib, lalu tak sengaja nangkring depan TV, saat itu entah siapa yang lagi nonton sinetron, saya gabut, jadilah saya makan sambil menonton sinetron itu.
Ceritanya ada dua orang suami istri, sang suami harus pergi merantau bekerja di kota lain, setelah berpamitan dan mengharu biru versi mereka, esokan harinya, sang istri yang hendak pergi bekerja menyenggol sebuah frame foto di ruang tamu,

“Praaaang!!” framenya jatuh dan pecah, foto yang ia senggol adalah foto pernikahannya.
“Ada apa ya? duh, kok perasaanku tiba-tiba nggak enak…” ucap si istri, “Aku sebaiknya harus telepon suamiku, mas xxx”
ia memijit beberapa nomor lalu setelah berbunyi nada dering, ia semakin cemas, “Kok nggak diangkat?” lalu ia menelepon lagi dan lagi, “Kok nggak diangkat? perasaanku makin nggak enak!”
“Ada apa, kok kamu belum kerja?” tanya kakaknya
“Ini, kak, frame fotonya pecah tadi jatuh, aku jadi nggak enak perasaan takut ada apa-apa sama mas…”

Ini apaan sih! saya akhirnya tersadar karena keasikan, mungkin sebagian orang juga nonton TV awalnya gabut kaya saya kali ya,

Secara tidak sadar, saya terhanyut pada cerita klasik seperti itu, dan setelah mengikuti beberapa menit, ternyata, si suami selingkuh dan ujung-ujungnya terjadi pertengkaran. Cerita klasik ini saya pikir sudah menjadi budaya sendiri di masyarakat, firasat yang datang pada manusia selalu dikaitkan dengan kejadian apapun yang terjadi secara tiba-tiba, seperti gelas pecah, “Wah, ada apa ini, kenapa perasaanku tidak enak?”, lalu cicak jatuh, kupu-kupu masuk rumah, yang katanya bakal ada tamu, sampai hal-hal tidak masuk akal lainnya. Kalau saya pribadi, setelah memecahkan gelas dengan tidak sengaja, tentu saya merasa tidak enak hati karena pasti,

Gelas pecah, “Praaaang!”
“Wah, ada apa ini? kenapa perasaanku tidak enak?” voice over ala sinetron azab, diiringi suara menegangkan,
“HEEEEH! PECAHIN AJA TUH SEMUA GELAS, PECAHIIIIN!!!” Ibu saya marah kayak Super Seiya, rambutnya naik-naik, kamera zoom in, zoom out, belum lagi Ayah saya yang pasti akan cerewet karena pecahan kacanya tentu akan berserakan, “Dasar, anak tak berguna!”
lalu saya berlari ke luar rumah dan menangis di bawah hujan, berlari ke arah mobil yang melaju, dan tertabrak, lalu dioperasi, “Maaf, anak anda tidak selamat!”
Orangtua menangis histeris, “Harusnya aku biarin aja dia mecahin semua gelas kita, harusnya aku nggak marahin dia, maafin Mama, Nak!” dan besoknya si anak ternyata hidup lagi karena ternyata Putri yang tertukar, mereka hidup bahagia selamanya. Tamat.

Satu-satunya kekhawatiran saya kalau gelas pecah adalah kemarahan Ibu dan Bapak saya karena gelas di rumah jadi habis.

Saya sih belum pernah, pas mau dapet musibah seperti jatuh di depan kampus lalu sebelumnya saya nggak sengaja mecahin gelas, atau pas mau ada tamu datang ke rumah dan sebelumnya hinggap kupu-kupu di rumah, paling-paling, kalau ada binatang aneh-aneh masuk rumah, Ibu saya akan heboh, seperti biasa.

Kebiasaan yang ditanam sejak dahulu ini, lalu disebarkan oleh stasiun televisi melalui sinetron yang dianggap fenomena kehidupan sehari-hari oleh masyarakat, membuat semua orang percaya pada takhayul. Percaya juga akhirnya pada ramalan bintang, agar tidak sial esok harinya lagi, beberapa masyarakat masih percaya pada bintang mereka, ramalan zodiak mereka yang konon katanya “Iya ih, ini gue banget!” padahal bagaimana mungkin seseorang bisa sangat yakin tentang sifat dirinya atau bahkan kejadian yang akan terjadi hanya dengan membaca ramalan bintang yang sumbernya diambil dari beberapa orang dengan sifat yang sama berdasarkan tanggal lahirnya saja? atau apa hubungannya kupu-kupu datang ke rumah dengan tamu yang akan datang ke rumah? apa pula hubungannya gelas jatuh dengan firasat? bukankah firasat hanya diberikan Allah pada orang yang beriman? orang beriman akan diberikan ketajaman firasat, bukan dari jatuhnya gelas atau pecahnya kaca.

Alangkah baiknya jika semua kita sandarkan saja pada Allah, senantiasa berzikir pagi dan petang agar selalu dijaga dari keburukan, dikuatkan firasatnya sebagai orang yang beriman, serta dihindarkan dari kesyirikan karena percaya pada takhayul dan ramalan bintang,

kaskus.co.id

Wallahu’alam bisshawab

SNA

5/30

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

No responses yet