Book Party Bandung
Pekan kemarin saya diajak seorang teman mengikuti acara ‘Book Party Bandung’ acara ini selain ada di Bandung juga ada di Jakarta dan Bogor. Di Bandung sendiri sudah berjalan 2 kali. Dan acara pekan kemarin dilaksanakan di Taman Film jalan Tamansari.
Mengikuti acara ini saya teringat organisasi kepenulisan yang saya ikuti sejak kuliah dulu, kegiatannya kurang lebih sama, berdiskusi mengenai buku yang sudah kita baca. Ternyata dari perkumpulan diskusi buku di era digital dan medsos yang heboh ini minat baca masih baik, karena acara kemarin di Bandung saja dihadiri banyak orang, saya sih nggak ngitung ya ada berapa tapi cukup memenuhi seluruh taman film sore itu.
Dari pertemuan itu juga saya bisa bertukar pikiran dengan banyak pembaca lainnya, dapat insight buku baru yang masuk dalam daftar bacaan tahun ini, termotivasi agar banyak membaca buku di tahun ini, dan tentunya, saya jadi ga terlalu banyak buka medsos.
Di sisi lain, minat baca yang menurut saya masih baik ini, ada hal yang meresahkan hati saya akhir-akhir ini, seperti diskusi kemarin, ada sedikit bahasan mengenai ISBN dan penerbit yang mencari influencer sebagai penulis. Hal ini saya alami sendiri, terutama dalam pengurusan ISBN buku, sejak tahun 2020 saya mengurusi ISBN di penerbit tempat saya bekerja, namun di pertengahan tahun 2022, buku yang saya coba ajukan ISBNnya ditolak karena termasuk kategori buku yang tidak usah diterbitkan ISBN. Alasannya karena penulis pemula dan tugas sekolah.
Ketidakmengertian saya, bukankah kalau semakin banyak menerbitkan ISBN, malah perpusnas akan banyak koleksi penulis-penulis baru serta terbit buku-buku baru? Bukankah itu juga jadi salah satu faktor naiknya minat baca di negara kita?
SNA
Bandung, 11 Januari 2024