Bocah Pemulung di Depan Toko Ayam
Aku diam di depan sebuah toko ayam di kotaku, membawa karung besar di pundak, kusimpan di samping pohon lalu kusandarkan punggung pada batangnya yang kokoh
Aku hanya ingin beristirahat, namun seorang perempuan muda yang wanginya tercium dari jarak satu meter menghampiriku dengan kamera di tangannya,
Memandangku iba,
Memberikan sebungkus ayam goreng toko itu kepadaku,
Lalu memberikan dua lembar lima puluh ribuan setelah aku dipaksa bercerita kemiskinanku
Dari wajahku terlihat mengeluh mungkin, seperti orang miskin pada umumnya,
Terlihat ingin diberi,
Atau sekedar terlihat ingin diviralkan agar ada donasi datang ramai-ramai atas namaku
Aku bukan ingin dikasihani hanya karena setelah mengeluh,
Apa setiap habis mengeluh aku minta disantuni? Aku tidak merasa menderita jika memang pelangi itu tak pernah sampai padaku setelah hujan
Mungkin aku belum pantas mendapatkannya
Aku tidak pernah berandai-andai bisa makan ayam goreng di depan toko itu hanya karena duduk istirahat di depannya
Mungkin perutku belum siap menerimanya
Jika langit yang cerah selalu dijanjikan setelah badai, aku tak berharap itu akan menghampiriku, karena itu belum pernah datang padaku
Jika dermaga akan terlihat setelah berlayar di gelombang ombak, aku tak pernah memimpikan akan sampai pada dermaga itu
Aku hanya ingin berjanji saja, pada ayahku, pada ibuku, pada diriku sendiri.
Bahwa sekecil apapun mimpiku, akan kuusahakan sebesar kemampuanku
Jangan kasihani aku hanya untuk membuatmu merasa lebih baik, kasihani aku jika kamu memang manusia,
Hanya itu
Bandung, 11 April 2023
Malam ke dua puluh satu ramadan 1444 H