Berbeda
Kupikir kulit kita sama, sama-sama dari tanah, yang dibasuh air wudhu bisa membuat cerah bukan hanya wajahnya, namun hatinya.
Kupikir panggilan kita sama, sama-sama dipanggil ‘Wahai’ di perawalan ayat berpuasa dalam Alquran. Maka karena kupikir sama, aku tak ragu bertukar ide denganmu.
Kupikir kita sama, sama-sama menyelami maksud Tuhan di balik bencana itu, sama-sama mengerti sebuah arti di balik satu peristiwa itu, kupikir kita sama.
Kupikir kita sama, sama-sama menunggu Cuanki tiba dengan menambahkan saus banyak-banyak, sama-sama memilih Mie Ayam Bawang ketimbang Mie Soto untuk pelengkap Cuanki kita, kupikir kita sama.
Kupikir kita sama, sama-sama takjub pada kaleng Biskuit Monde di hari plus 7 lebaran, yang isinya masih Original. Kupikir kita punya selera yang sama.
Kupikir kita sama, sama-sama bersabar atas negeri yang masih perlu kita perjuangkan keadilannya ini, masih perlu tangan ketulusan untuk meraup kebahagiaan tinggal di sini. Kupikir kita sama.
Kupikir kita sama, tidak peduli siapapun penjajah kita dulu, yang penting mempertahankan kemerdekaan adalah janji. Janji yang kelak akan kita nikmati dan kita bagi untuk keturunan kita.
Kupikir kita sama, sama-sama menebarkan kebaikan tanpa tapi. Tanpa bisa dihalangi.
Ternyata kita berbeda, hanya dengan pilihanmu tak sesuai denganku, maka kau dan aku tak sama lagi. Tak bisa bersatu.
Kupikir kita sama, namun kaumemilih dipisahkan dengan kejumawaan bahwa yang paling baik, adalah pilihanmu. Maka aku, menurutmu hanyalah pengecut yang berteriak malang di ujung jalan sana.
SA
Untuk teman-teman yang pada akhirnya terputus ikatan pertemanan dengan temanmu yang berbeda pilihan, sabar, tetaplah berjalan di jalan kebaikan.
9 Syawwal 1440 H/ 13 Juni 2019