Adik-adik [Insyaa Allah] Syurga Part 13

Terimakasih Sudah Tegar ya, Dek!

Sarah N Aini
3 min readAug 3, 2019

Hai Adek, aku tahu, hidupmu akhir-akhir ini terasa berat, ya? aku mencoba mengorek semua isi hatimu, tapi yang kaubagikan hanya secuil. Aku tahu itu berat untuk diceritakan, tapi aku mencoba mengerti. Kauperlu waktu, iya kan?

Aku melihatmu sebagai anak yang sudah dewasa. Bisa melihat masalah dari berbagai sisi, kau sudah bisa mengganti kalimat ‘tolong aku’ menjadi ‘sini kubantu’

Aku sudah melihatmu sebagai anak yang tidak lagi cengeng, tidak lagi marah-marah jika diminta bantuan, dan aku menganggapmu sebagai adik yang bisa diajak diskusi untuk sebuah solusi.

Iya, kau bahkan sudah mendapatkan KTP pertamamu, kau sudah lulus dari bangku sekolah, dan bahkan kau bisa sama-sama denganku memikirkan tanggung jawab yang lain.

Aku tahu hari-harimu kini terasa berat, terasa sulit menggeserkan kakimu bahkan hanya untuk mengubah posisi berdiri yang dulunya tegap dan percaya diri menatap ke depan. Aku tahu kau begitu hancur, begitu marah, begitu merasa bahwa hidup ini tidak adil. Aku tahu itu semua, aku sangat tahu.

Aku senang menemanimu bertumbuh, merangkai harapanmu di masa depan kelak, mendengar ocehanmu tentang teman-temanmu, berbagi makanan denganmu, atau memberitahuku berpakaian yang rapi, aku mengikutimu sejauh yang aku bisa

Aku ingin selalu berdiri di bawahmu. Memerhatikanmu ketika kau mencoba sesuatu, melangkah ke tempat yang baru, bahkan melompat dari ketinggian untuk mencapai tempat lain yang kauinginkan. Aku mungkin, jika kau jatuh, suatu hari bisa saja membantumu berdiri, mengajakmu memulai lagi berjalan, atau bahkan menunjukkan jalan agar kau tak tersesat, tapi sayang sekali, itu bukanlah urusanku sepenuhnya.

Kau sudah dewasa. Aku membiarkan dirimu melakukan itu semua agar kau dapat belajar apapun darinya. Kau dapat merasakan betapa sakitnya jatuh, hingga betapa indahnya keberhasilan setelah melewati sebuah perjuangan.

Aku mungkin akan membantumu berdiri ketika kau sudah tak sanggup lagi melangkah, ketika kau sudah tak mampu lagi berharap. Aku akan selalu berada di bawah sana dan memastikan kalau kau akan kembali berjalan dengan baik. Seperti saat kau dulu belajar melangkah untuk pertama kalinya, kalau kau jatuh, sudah tentu aku yang dimarahi Ibu, walaupun aku sudah susah payah menjagamu, kan?

Adikku yang mungkin lebih kuat dariku,

Aku tak punya apapun yang bisa kubagi, maafkan jika semua usahaku untuk membuatmu bahagia mungkin hanyalah sia-sia. Maafkan jika usahaku memimpinmu menjadi seseorang yang berguna hanyalah omong kosong belaka. Maafkan atas semua tuntutanku kepadamu yang kadang tak berujung. Maafkan atas kebodohanku dalam memimpinmu menjadi dirimu yang utuh, namun nyatanya kau malah rapuh.

Aku tahu, sekali lagi, kau berusaha tegar, kau tetap memberikan leluconmu di hari saat kau rapuh itu ketika kumpul keluarga, bahkan di status whattsAppmu, kau juga tertawa lepas bersamaku, bersama yang lain, kau berusaha seakan tidak ada yang salah dengan hidupmu walaupun aku melihat matamu sembab dan merah menahan tangis, aku sangat tahu. Aku sangat tahu kau berusaha sekuat tenaga tidak mengeluarkan air matamu itu, hingga kau bilang ‘Tidak apa-apa’ ketika kuminta, ‘Jangan nangis, ya?’ padahal saat itu, aku sangat ingin memelukmu dan berkata, ‘Menangislah, tidak apa-apa. Tidak apa-apa jika kau ingin menumpahkan emosimu. Kau bahkan boleh memarahiku karena tak becus mendidikmu. Menangislah!’

Gagal di 6 PTN bukanlah akhir, kelak, kau akan tahu bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu di balik itu semua, kelak Allah akan memperlihatkanmu sebuah hadiah yang lebih indah daripada 6 PTN yang menolakmu. Walaupun kau pilu sehancur-hancurnya ketika mendengar teman-temanmu sudah resmi menyandang status mahasiswa. Kau berhak berharap lebih indah dari itu kepada Allah. Sini, biar kubantu mengadu lewat doa.

Aku tahu kau masih rapuh, tetaplah bertahan, karena kita tidak tahu di mana letak rido Allah untuk kita. Allah memintamu untuk bertahan menerimanya dengan senyuman, ayolah! aku takkan meninggalkanmu,

Maafkan aku tak becus memimpinmu, Terimakasih sudah tegar, adikku!

Teteh

With full of love,

Bandung, 30 Juli 2019/27 Dzulqaidah 1440H

--

--

Sarah N Aini
Sarah N Aini

Written by Sarah N Aini

bekerja adalah untuk menabur manfaat, bukan untuk dilihat.

No responses yet